Tuesday, March 17, 2009

CABARAN BUAT ANAK MUDA MALAYSIA

MENYUMPAHI PEMUDA
Oleh: Y. Budi U*

Wacana kaum muda dalam kepemimpinan nasional menjadi pusaran polemik sekaligus kecemasan. Identifikasi "muda" pada keluguan, kurang pengalaman, dan emosional menopang kemapanan status quo, yang didominasi kaum "tua". Konstelasi pemikiran ini mengarah pada ukuran-ukuran statistikal, seperti usia, jenjang pendidikan, jenis kelamin, status, job karier. Alhasil, sebagian kaum "tua" serta merta kelabakan ketika sebagian kaum muda menyerukan pembaharuan.

Ikatan kebangsaan
Sumpah Pemuda 1928? Sumpah setia yang diucapkan para pemuda dengan beragam asal kesukuan itu justru lahir karena adanya dorongan "pemersatuan" dalam ikatan kebangsaan. "Indonesia Moeda" yakni Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond (beberapa wakilnya berketurunan Tionghoa: Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong), dan Jong Islamieten Bond berbaur dalam langkah yang sama; menuju kemerdekaan Indonesia yang bermartabat. Meski berbeda, tapi semangat bersatu telah sedemikian membara pada para tokoh Indonesia Muda.

Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Bertoempah Darah Jang Satoe, Tanah Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mengakoe Berbangsa Jang Satoe, Bangsa Indonesia.
Kami Poetera dan Poeteri Indonesia,
Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia.

Sumpah setia Indonesia Muda itu bukanlah pernyataan mati, namun dinamis dan dihidupi hingga kemerdekaan mencapai puncaknya. Harus diakui bahwa pernyataan itu bukan sekadar pernyataan retorik. Hal itu sedikit berbeda sebagaimana dihayati dalam deklarasi parpol/pilkada "siap menang siap kalah". Faktanya, tidak sedikit yang meradang karena kekalahan, dengan segala macam alasan bersifat apologetis. Chaos pun tak terhindarkan. Dan, pernyataan politik damai menguap diserap oleh ketidakpuasan yang meledak.

Kemauan kaum muda dalam sumpah pemuda menunjukkan kecerdasan perjuangan, yang tidak semata mengutamakan kepentingan pribadi/golongan. Aspirasi politik diletakkan dengan sangat baik dalam koridor pencapaian kemerdekaan.

Berprestasi

Sepantasnya kita malu jika harus bertengkar karena berebut jati diri. Tawuran pelajar atau mahasiswa adalah salah satu kegagapan kaum muda pada tuntutan intelektualias sekaligus moralitas yang dihadapkan pada ketimpangan realitas. Sekarang sudah waktunya untuk terus melangkah dalam aplikasi dan prestasi. Buktikan dengan kerja keras segala kemampuan, dan kompetensi.

Di sisi lain, aspirasi regenerasi selalu baik dilakukan dalam usaha pembelajaran. Muda juga bukan semata diukur dari usia, yang selalu dianggap berbanding lurus dengan minimnya kecakapan atau pengalaman. Kaum tua yang sudah terlanjur nyaman dengan kekuasaan dan status quo, sudah waktunya menelaah diri. Setidaknya, memberi ruang yang sehat pada kaum muda agar sanggup berdiri tanpa sumpah serapah bernada iri hati.
Janganlah terburu nafsu untuk menyumpahi pemuda secara apriori. Sumpahi saja mereka agar terus berprestasi! Supaya di dalam dadanya tumbuh bunga krisan kejayaan negeri!

No comments: